Sirosis Hati - Pengertian, Gejala, Penyebab, Komplikasi, Serta Pengobatannya

Perbidkes.com - Sebelum teman sejawat membaca artikel ini, sebaiknya ketahui baca dahulu anatomi fisiologi hati.

Pengertian.

Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam dijelaskan pengertian dari sirosis adalah kondisi patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hati yang berlangsung progesif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hati, serta pembentukan nodulus regeneratif.

Perlu diketahui, bahwa sirosis hati yang belum/tidak terdapat adanya gejala klinis yang nyata merupakan kelanjutan dari penyakit hepatitis kronik.

Secara umum sirosis dibagi menjadi dua, yaitu sirosis hati kompensata (belum terdapat gejala klinik yang nyata), & sirosis hati dekompensata (ditandai dengan gejala serta tanda klinis yang nyata).

Anamnesa.

Berikut anamnesa pasien sirosis hepatis yang perlu dilakukan, yaitu:
  1. Menanyakan keluhan yang paling dirasakan pasien saat ini.
  2. Menanyakan sejak kapan keluhan dirasakan.
  3. Menanyakan apakah merasa lemah.
  4. Menanyakan apakah merasa sebab pada perut.
  5. Menanyakan apakah nyeri bagian pada perut kanan atas.
  6. Menanyakan apakah pasien merasa nafsu makan menurun.
  7. Menanyakan warna fesesnya.
  8. Menanyakan apakah sering merasa gatal.
  9. Menanyakan apakah pernah sakit kuning/hepatitis.
  10. Menanyakan apakah riwayat mengkonsumsi alk0hol maupun miras.
  11. Menanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita hepatitis.

Penyebab.

Penyebab sirosis hati (penyakit hati kronik), diantaranya adalah :

Penyakit infeksi.
  • Hepatitis virus, seperti hepatitis B, C, D, serta sitomegalovirus.
  • Toksoplasmosis.
  • Bruselosis.
  • Skistosomiasis.
  • Ekonokokus.
Penyakit keturun / metabolik.
  • Penyakit wilson.
  • Penyakit gaucher.
  • Galaktosemia.
  • Hemokromatosis.
Obat & toksin.
  • Alk0hol.
  • Penyakit perlemakan hati non alk0holik.
  • Arsenik.
  • Amiodaron.
Penyebab lain tetapi belum terbukti kebenarannya.
  • Sarkoidosis.
  • Penyakit usus inflamasi kronik.

Gejala.

Pada stadium awal sirosis biasanya pasien sering tidak timbul gelaja.
Berikut gelaja-gejala sirosis hati, diantaranya :
  • Mual.
  • Nafsu makan menurun.
  • Lemas.
  • Terasa mudah cepat lelah.
  • Perut terasa kembung.
  • Berat badan menurun.
  • Imp0t3nsi (Pada laki-laki).
  • T3stis mengecil (pada laki-laki).
  • Buah da2 membesar (pada laki-laki).
  • Keinginan untuk berhubungan ++ menurun (pada laki-laki).
Pada sirosis dekompensata , jika sudah lanjut tanda serta gejala akan lebih menonjol, diantaranya rambut badan hilang, demam tetapi tidak tinggi, tidur terganggu.

Dalam menegakkan diagnosa sirosis hati, memang sedikit sulit tanpa bantuan pemeriksaan klinis. 

Temuan Klinis.
Temuan klinis serosis meluputi:
  • Spider telangiektasi/spider angioma-spiderangiomata, berupa lesi vaskular yang dikelilingi oleh beberapa vena2 kecil. Tanda ini biasanya ditemukan pada bahu, lengan atas, & muka. Penyebab terjadinya hingga saat ini belum ditrmukan, tetapi ada anggapan dikaitkan dengan peningkatan rasio estradiol (testosteron bebas). Selain itu, tanda ini juga dapat ditemukan pada wanita yang hamil, kekurangan mutrisi yang buruk, bahkan dapat juga ditemukan pada orang sehat, walaupun pada umumnya ukuran lesi kecil.
  • Perubahan kuku-kuku berupa pita putih horisontal yang dipisahkan dengan warna kuku normal, diperkirakan karena hipoalbuminemia.
  • Jari gada, sering ditemukan pada pasien sirosis bilier.
  • Eritema palmaris, berupa warna merah saga pada thenar  & hipothenar telapak tangan.
  • Hepatomegali, yaitu ukuran hati yang membesar, juga dapat normal maupun mengecil.
  • Asites, yaitu penimbunan cairan pada rongga peritonium karena hipertensi porta maupun hipoalbunemia.
  • Fetor Hepatikum, yaitu bau nafas yang khas pada pasien sirosis yang disebabkan karena peningkatan konsentrasi dimetil sulfid.
  • Ikterus (warna kuning) pada kulit & membran mukosa karena bilirubinemia, serta warna urin gelap seperti air teh.
Tanda-tanda lain yang ikut menyertai, antara lain adalah batu pada vesika felea (karena hemolisis), pembesaran kelenjar parotis (karena sekunder infiltrasi lemak, edema, & fibrosis), & demam yang tak tinggi (karena nekrosis hati).

Selain itu, hanya 15 hingga 30% pada pasien sirosis mengalami diabetes melitus (DM). Hal ini karena akibat dari resistensi insulin serta tidak adekuatnya sekresi insulin oleh sel beta pankreas.


Agar membantu menegakkan diagnosa sirosis hati maka perlu dilakukan pemeriksaan seperti pemeriksaan laboratorium biokimia/serulogi, USG, serta pemeriksaan fisik.

Adanya sirosis dicurigai apabila ada kelainan pada hasil pemeriksaan laboratorium, seperti tes fungsi hati meliputi aminotransferase, gamma GT (gamma glutamil transpeptidase), albumin, waktu protombin, & bilirubin.

Dalam stadium kompensasi sempurna terkadang memang sulit untuk menegakkan diagnosis sirosis hati.

Pada kasus tertentu sangat diperlukan untuk pemeriksaan biopsi hati/peritoneoskopi karena sulit untuk membedakan hepatitis kronik aktif dengab sirosis hati dini. Apalagi pada stadium dekompensata diagsosis terkadang sangat sulit karena tanda2 & gejala klinis sudah muncul dengan adanya komplikasi.

Komplikasi.

Komplikasi yang sering ditemukan antara lain adalah:
  • Peritonitis bakterial spontan, yaitu infeksi cairan asites oleh satu jenis bakteri tanpa adanya bukti infeksi sekunder intra abdominal, biasanya tanda disertai gejala, tetapi dapat muncul nyeri perut & demam.
  • Ensefalopat hepatik yaitu kelainan neuropsikiatrik karena disfungsi hati, pasien mula2 terdapat gangguan tidur seperti insomnia & hipersomnia, kemudian kesadarannya terganggu hingga berlanjut menjadi koma.
  • Gangguan fungsi hati akut berupa peningkatan ureum & kreatinin.
  • Varises esofagus.

Pengobatan.

Pada hepatitis yang masih kompensata, diminta untuk menghentikan penggunaan alk0hol & bahan2 toksin lain yang dapat melukai hati. Berikan kolkisin, asetaminofen, & obat herbal dapat menghambat kolagenik.
  • Pada hepatitis autoimun, dapat diberikan imunosupresif/steroid.
  • Pada penyakit hati nonalk0holik, dengan cara menurunkan berat badan untuk mencegah terjadinya sirosis.
  • Pada hepatitis B, terapi utamanya adalah lamivudin & interferon alfa. Lamivudin diberikan secara oral 100 mg setiap hari selama 1 tahun, tetapi pemberian selama 9 sampai 12 bulan menimbulkan YMDD sehingga membuat terjadi resistensi obat. Sedangkan interferon alfa diberikan lewat suntikan subkutan 3 MIU, 3 x seminggu selama 4 hingga 6 bulan tetapi kenyataannya masih banyak yang kambung lagi.
  • Pada hepatitis C kronik, terapi standarnya adalah kombinasi antara interferon dengan ribavirin. Interferon diberikan melalui suntikan subkutan dengan d0sis 5 MIU 3 × seminggu & dikombinasi dengan ribavirin 800 sampai 1000 mg perhari selama 6 bulan.
  • Pada fibrosis hati, dapat sebagai salah satu pilihan yaitu interferon, kolkisin, metrotreksat & vitamin A, selain itu diberikan obat2an herbal.
Pengobatan pada sirosis dekompensata.
  • Asites, Istirahat total & diawali dengan diet rendah garam, mengkonsumsi garam sebanyak 5,2 gr / 90 mmol perhari serta di kombinasi dengan obat2an deuretik. Seperti spironolakton 100 sampai 200 mg sekali perhari, jika tidak adekuat dapat dikombinasi dengan furosemid 20 sampai 40 mg perhari. Perlu diingat !! Parasintesis dilakukan jika asites sangat besar.
  • Varises Esofagus, sebelum maupun sesudah perdarahan dapat diberikan propranolol(obat penyekat beta).
  • Ensefalopati Hepatik, diet protein dikurangi 0,5 gr/kgBB perhari. Laktulosa dapat membantu mengeluarkan amonia.
Tranpslantasi hati memang merupakan terapi yang definitif untuk pasien sirosis dekompensata, tetapi sebelum dilakukannya transplantasi ada beberapa hal yang harus dipenuhi oleh pasien.

REF :
1. Sirosis hati. Siti Nurdjanah (ed). BAIPD. E IV. J I. FKUI. J . Jakarta, 2006. p 443-101.
2. Petunjuk pelaksanaan UAP D3 Keperawatan. 2012. Kendal: Akper Muhammadiyah Kendal.

Terima kasih atas kunjungannya. Baca juga : Parasintesis pada asites. Salam, Tim Perbidkes.