Edema - Pengertian, Patofisiologi, & Penanganannya

PERBIDKES.com - Komponen terbesar dari tubuh adalah air. Air adalah pelarut bagi semua zat terlarut dalam tubuh baik dalam bentuk suspensi ataupun larutan. Sedangkan air tubuh total adalah persentase dari berat air dari pada dengan berat badan total, nilai bervariasi menurut jenis k3lamin, umur, serta kandungan lemak di dalam tubuh.

Definisi dari edema menurut Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2006 adalah penimbunan cairan secara berlebihan dari sel2 tubuh ataupun di dalam berbagai rongga tubuh, kondisi ini sering ditemukan pada praktik klinik sehari-hari yang disebabkan sebagai akibat dari ketidakseimbangan faktor2 yang mengontrol perpindahan cairan tubuh, diantaranya gangguan hemodinamik sistem kapiler yang menimbulkan retensi natrium & air, penyakit ginjal , & berpindahnya air intravaskuler ke interstitium.

Edema terjadi pada keadaan dimana terjadinya peningkatan hidrostatik kapiler, peningkatan tekanan osmotik*) plasma. Ginjal memiliki peran sentral dalam mempertahankan homeostasis cairan tubuh dengan kontrol volume cairan ekatraselular lewat pengaturan ekskresi natrium & air. Hormon antideurik disekresikan sebagai respons terhadap perubahan di dalam volume darah, tonisitas & tekanan darah untuk mempertahankan keseimbangan cairan tubuh.

*) Tekanan osmotik adalah tekanan yang dihasilkan molekul protein plasma yang tidak permeabel lewat membran kapiler.

Hal yang penting untuk memahami mengapa ginjal menahan natrium & air adalah dengan Konsep Volume Darah Arteri Efektif (VDAE)*). VDAE yang normal terjadi pada keadaa. dimana rasio curah jantung terhadap resistensi pembuluh darah perifer seimbang. VDAE bida berkurang dalam keadaan terjadi pengurangan volume darah arteri (dehidrasi maupun perdarahan), penurunan curah jantung (gagal jantung), jadi VDAE bisa berkurang dalam kondisi volume darah aktual yang rendah, normal bahkan tinggi.

Obat2 yang dapat menyebabkan edema diantaranya adalah OAINS. Antihipertensi (seperti minoksidil, guenetidin, klonidin, hidralazin), ormon steroid (seperti glukokortikoid, progestin, estrogen), siklosporin, imunoterapi (seperti OKT 3 antibodi monoklonal, interleukin 2).

Konsep Volume Darah Arteri Efektif (VDAE) merupakan sebagai volume darah arteri yang adekuat untuk mengisi keseluruhan kapasitas pembuluh darah arteri.

Apabila VDAE berkurang maka ginjal akan memicu retensi natrium & air. Proses ini menyangkutkan:

1. Penurunan aliran darah ginjal.
Menurunnya VDAE akan mengaktifasi aseptor volume pada pembeluh darah yang besar, sehingga terjadi peningkatan tonus simpatis yang akan menurun aliran darah kepada ginjal. Apabila aliran darah ke ginjal menurun akan dikompensasi oleh ginjal dengan cara menahan natrium (garam) & air lewat mikanisme sbb, yaitu:
  • Peningkatan reabsorsi garam & air di dalam tubulus proksimalis.
  • Pembentukan reabsorsi garam & air di tubulus distalis.
2. Sekresi hormon antideuretik (ADH).
Pada keadaan gangguan ginjal, komposisi cairan di dalam tubuh pada sebagian kompertemen tubuh akan terganggu & menimbulkan edema.
Secara umum edema disebabkan oleh:
a). Retensi air & garam (seperti: sindrom nefrotik*), gagal ginjal).
b). Peningkatan tekanan hidrostatik (seperti: sirosis hepatis, gagal jantung kongestif).
c). Obstruksi aliran limfe (seperti: gagal jantung kongestif).
d). Penurunan tekanan osmotik (seperti sirosis hepatis, malnutrisi, sindrom nefrotik*)).
e). Peningkatan permeabilitas vaskular terhadap protein (angioneurotik edema).

*) Sindrom nefrotik adalah kelainan glomerulus dengan karakteristik proteinuria (kehilangan protein melalui urin > 3,5g perhari), hipoproteinemia, hiperlipidemia, & edema.
Gambar 1. Mekanisme retensi natrium & air.
Terapi Edema.

Empat prinsip terapi edema adalah:

  1. Penaganan penyakit yang mendasari.
  2. Mengurangi asupan garam & air baik diet maupun intravena.
  3. Pengeluaran garam & air di tingkatkan.
  4. Menghindari faktor yang memperburuk penyakit seperti hipotensi.
Terapi edema harus di cari penyebabnya dahulu yang mendasarinya karena tidak semua pasien edema harus diterapi medis.

Misal pasien dengan terapi non medis sangat efektig seperti dengan melakukan pengurangan asupan garam (natrium) yaitu kurang dari jumlah yang diekskresikan oleh ginjal & menaikkan kaki di atas level dari atrium kiri. Tetapi pada keadaan tertentu obat deuretik harus diberikan bersamaan dengan terapi non medis.

Pada pemberian terapi furosemid oral, jumlah yang diabsorsi sekitar 10 sampai 80 persen, sedang pada bumetanid & torsemid diabsorsi hampir sempurna berkisar antara 80 sampai 100%. & diuretik golongan tiazid & hidroklorotiazid diekskresikan ke urin dalam bentuk tak berubah.

Dalam memberikan deuretik harus diperhatikan paruh waktunya.

Pada golongan looop deuretic misalnya bumetanid memiliki paruh waktu 1 jam,torsemid 3 sampai 4 jam, sedangkan pada golongan tiazid mempunyai paruh waktu yang panjang sehingga bisa diberikan 1 sampai 2 kali sehari.

Dalam memberikan terapi, pasti ada juga yang dapat mengalami kegagalan. Berikut beberapa penyebab kegagalan terapi duretik yaitu:

  • Berhubungan dengan waktu paruh deuretik.
  • Kelainan ginjal.
  • Obat2an. Seperti OAINS, Antihipertensi.
  • Penurunan volume plasma.
  • Tidak mematuhi pada penguragan asupan garam.
  • Tidak patuh dengan regimen yang berikan
  • Terjadi toleransi pada terapi deuretik.
  • Penggunaan obat terlalu lama.
Walaupun peningkatan dosis deuretik dapat memperbaiki dealisis, akan tetapi penambahan dosis deuretik golongan lain harus dipertimbangkan.

Referensi:

1. Edema patofisiologi & penanganan. Ian effendi, Restu pasaribu (ed). BAIPD. Jilid I. Edisi IV. Jakarta : FKUI.


Jangan lupa baca selanjutnya infeksi saluran kemih.