Infeksi Cacing Pada Manusia

Perbidkes.com - Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (2006) menjelaskan bahwa manifestasi cacing bergantung pada patogenitas parasit, respon imun hospen, serta banyaknya cacing. Manusia dengan jumlah cacing tertentu sering asimptomatik walaupun pada kondisi tertentu satu ekor cacing saja dapat menimbulkan gangguan yang mengancam jiwa, contonya jika seekor cacing ascaria lumbricoides dewasa mengobstruksi duktus pankreatikus.

Beberapa parasit manusia seperti Taenia saginia, cacing pita daging, mampu beradaptasi sangat baik dengan hospesnnya serta hanya memunculkan sedikit sekali tanda2 keberadaan penyakit walaupun ukurannya sangat besar. Cacing lain memunculkan kerusakan jaringan yang sangat bermakna dengan efek2 toksik lansung ataupun dengan memicu respons imun yang merusak.

Pada umumnya semakin banyak parasit yang dikandung, maka semakin tinggi kemungkinan terkena penyakit.

Gejala.
Gejala umum & tanda2 infeksi traktus gastrointestinal yang disebabkan oleh infeksi cacing  & protozoa sangat berfariasi. Gejala & tanda yang sering adalah nyeri perut, diare, & berat badan menurun. Sebab itu, gambaran klinis menjadi rumit mengingat kenyataan bahwa yang tinggal di daerah tropis bisa terinfeksi oleh beberapa jenis parasit, virus, & bakteri enteropatogen.

Dalam menentukan diagnosis parasit intestinal termasuk juga cacing hanya jika ditemukan telur, kista, serta larva di dalam feses. Untuk membedakan antara Taenia solium dengan Taenia saginata maka dapat dilakukan dengan dikembangkan pemeriksaan DNA.

Cacing Tanah.

iPendidikan.com - Cacing tanah merupakan spesises cacing yang siklus hidupnya bergantung pada periode siklus perkembangan di luar tubuh manusia, secara khusus di dalam tanah diantaranya dalah Ancylostoma duedenale, Arkariasis, Strongyloides stercoralis, & Trikuriasis.

Pneumonitis ialah keadaan pada saat migrasi larva askaris lewat paru2, gejala yang ditimbulkan bisa berupa batuk, demam, sesak nafas, nyeri dada, mengi, sianosis, urtikaria, & pada kasus yang berat terjadi hemoptisis.

Terapi Necator americanus & Anylostoma duedenale.
  • Albendazol 400 mg (dosis tunggal).
  • Mebendazol 2 x 100 mg (selama 3 hari).
  • Preparat besi oral (dewasa).
  • Pirantel pamoat 11 mg/kgBB, max 1 g (dosis tunggal).


Terapi Trikuriasis.
  • Mebendazol 500 mg (dosis tunggal), Pada kasus yang berat dapat diberikan 3 x 100 mg selama tiga hari.
  • Albendazol 400 mg ( dosisi tunggal).
  • Nitoksamid juga dikatakan efektif untuk terapi trikuriasis.

Terapi Askariasis.
  • Pirantel pamoat 10 mg/kg, max 1g (dosis tunggal).
  • Piperazin 25 mg/kgBB, max 3,5 g (dosis dewasa).
  • Mebendazol 2 x 100 mg, selama tiga hari.
  • Nitazoksanid 2 x 500 mg (dewasa)
  • Albendazol 400 mg (dosis tunggal), sedang pada infeksi yang berat dapat diberikan 2 sampai 3 hari.

Cacing Pita.

Cacing pita adalah hermafrodit pipih bersegmen dengan ukuran antara 10 mm sampai 20 mm. Kepalanya melekat pada mukosa usus halus melalui pengait ataupun penghisap. Kecuali Hymenolepis nana, semua cacing pita memerlukan pejamu perantara sekunder tempat larva berkembang menjadi kista, biasanya didalam otot.

Manusia dapat terinfeksi cacing lewat konsumsi ikan yang tidak matang ketika dimasak serta daging. Infeksi larva juga dapat terjadi lewat telur yang dimakan, contohnya sistiserkosis*).

*) Sirtiserkosis adalah berupa keadaan dimana telur Taenia solium, cacing pita babi, yang termakan oleh manusia, memproduksi kista di dalam jaringan otak & jaringan tubuh lainnya.

Pada umumnya spesies cacing pita yang menginfeksi manusia adalah sistiserkosis, Dpylidium caninum, Hymenolepis nana, Taenia saginata & taenia solium.

Neurosintesis biasanya ditandai dengan kejang yang bisa berulang, ini merupakan penyebab epilepsi yang penting di amerika selatan & afrika.

Terapi.
  • Pengobatan pada cacing pita adalah prazikuantel (10 mg/kg).
  • Untuk infeksi karena taenia saginata menggunakan nitazoksamid.
  • Untuk infeksi karena taeniasis intestinal , kista hidatidosa, serta sistiserkosis pengobatan dengan albendazol.
  • Sedangkan karena infeksi Hymenolepis nana diperlukan dosis tunggal 25 mg/kg.

Ref:
1. penyakit Tropik Infeksi Gastrointestinal. 2006. Marcellus Simadibrata K & Achmad Fauzi (ed). BAIPD. Jakarta: FKUI. p391-91.

Demikian pembahasan tentang infeksi cacing pada manusia.
Semoga bermanfaat bagi teman sejawat beserta kelaurga.
Terima kasih. Salam, Tim iPendidikan.