Pemeriksaan Penunjang Pada Penyakit Ginjal (Urinalisis)

PERBIDKES.com - Pada tulisan ini akan dibicarakan tentang pemeriksaan urin (Urinalisis) pada panyakit ginjal. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah agar mendapatkan diagnosis yang akurat sehingga dapat diberikan terapi yang tepat.

Pemeriksaan Penunjang Pada Penyakit Ginjal (Urinalisis)


Parameter Fisik Urin.

 
Warna, normal urin adalah pucat-kuning tua & ambar tergantung kadar urokrom.
obat & makanan yang dimakan dapat mempengaruhi warna.
  • Urin merah disebabkan karena miogobin, Hb, dapat juga karena pengaruh obat rifampisin (obat TB).
  • Urin keruh, dapat disebabkan oleh fosfat (biasanya normal), leukosituria, & bakteri (tidak normal).
  • Urin oranye maupun jingga, itu menandakan pigmen empedu.
  • Urin hijau, dapat disebabkan karena infeksi pseudomonas.
Turbilitas, Normal transparan, jika urin keruh biasanya karena adanya darah dalam urin (hematuria), kontaminasi & infeksi.

Bau, pada beberapa penyakit memiliki bau yang khas, seperti bau keton, isofloric acidemia, maple syrup disease, dst...

Densitas relatif, Dalam melakukan pemeriksaan terdapat beberapa macam metode pemeriksaan, yaitu:
  1. Ukur berat jenis (BJ), mengukurnya menggunakan urinometer, mudah dilakukan, cuma butuh urin 25 ml. Nilai normal 1010-1030, sedangkan pada orang tua biasanua BJ diatas maupun dibawah normal karena daya memekatnya urin. BJ dipengaruhi oleh suhu urin, glukosa, protein, & kontras media.
  2. Osmolalitas, nilai normal 50-1200 mOsm/L walaupun penting, tetapi kadang jarang diperiksa. Osmolalitas dipengaruhi oleh kadar glukosa meningkatkan osmolalitas.
  3. Refraktometri, sama dengan BJ faktor yang mempengaruhi, mudah untuk dilakukan , hanya butuh 1 ml urin.
  4. Dipstik, indikator perubahan warna.

Parameter Kimia.
pH, tes memakai dipstik PH hasilnya dipengaruhi oleh asam-basa sistemik pada pH <5,5 maupun >7,5 akurasinya kurang.

HB, Normalnya tidak dijumpai dalam urin, jika positif harus dicurigai adanya mioglobinuria ataupun hemolisis.

Protein, Nilai normal protein dalam urin tidak lebih dari 150 mg perhari untuk dewasa.
proteinuria dibedakan menjadi 4 yaitu:
  1. Proteinuria tubular, disebakan karena penyakit tubulus & interstisium.
  2. Proteinuria glomerulus, disebabkan karena penyakit pada glomerulus.
  3. Proteinuria benigna, disebabkan karena kerja fisik maupun demam.
  4. Proteinuria overload, disebabkan karena peningkatan protein BM rendah melebihi kapasitas reabsorbsi tubulus.
Glukosa, dengan dipstik untuk dapat menilai reabsorbsi glukosa serta bahan lainnya.

Keton, berdasarkan dari reaksi keton dengan nitroprusid. Jika tes urin menunjukkan positif biasa pada pasien muntah, puasa, olahraga yang berlebih, serta pada penyskit asidosis diabetik.

Nitrit, terdapat bakteri yang mampu mengubah nitrat menjadi nitrit lewat enzim reduktase nitrat.

Leukosit Esterase, akan memberikan nilai positif jika ada paling sedikit empat leukosit/LPB.

Mikroskopik Urin, pemeriksaan ini akan melengkapi pemeriksaan urin secara kimiawi.

Metode, urin yang harus segera diperiksa adalah urin yang pertama maupun kedua pada pagi hari.

Sel, Sel pada sedimen urin berasal dari traktus urinarius (sel tubulus epitel) & dari sirkulasi (lekosit & eritrosit).

Silinder, Jika ditemukan silinder pada pemeriksaan urin itu menunjukkan adanya kelainan pada ginjal.

Lipid, lipid hanya dapat terlihat sebagai kristal kolesterol.

Sel tubulus ginjal, tidak diperiksa pada pemeriksaan urin rutin.

Leukosit, Nilai normal leukosit adalah 2-3/LPB. Jika ditemukan jumlahnya melebihi nilai normal, kemungkinan adanya infeksi maupun peradarang.

Eritrosit, dalam urin eritrosit dibagi menjadi 2 yaitu isomorfik (berasal dari traktus urinarius) & dismorfik (berasal dari glomerulus). Nilai normal eritrosit adalah <12.000 per ml.

Organisme, Bakteri memang terkadang dapat terlihat dalam urin, jadi bakteri positif belum tentu infeksi, tetapi jika ditemukan bersama leukosit yang penuh dapat dicurigai adanya infeksi.

Kristal, terdapat beberapa macam kristal yang biasa ditemukan di dalam urin, yaitu:
  1. Kristal asam urat & urat amorf.
  2. Kristal kolesterol.
  3. Kristal karena obat.
  4. Kristal kalsium fosfat.
  5. Kristal kalsium oksalat.
  6. Kristal tripel fosfat.
  7. Kristal sistin.
Terjadi pembentukan kristal sangat tergantung pada diet, pH urin, hidrasi, infeksi & gangguan metabolisme. Jadi, tidak semua kristal berhubungan dengan penyakit batu ginjal.

Referensi:

  1. Pemeriksaan penunjang pada penyakit ginjal. 2006. Imam effendi & H.M.S. Markum (ed). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV. Jakarta : FKUI. p505-119.

Jangan lupa baca juga selanjutnya Cara menghitung laju filtrasi glomerulus (LFG).