Akibat Proses Menua... Dapatkah diPerlambat?

iPendidikan.com - Penelitian tentang proses menua semakin populer seiring bertambahnya usia lanjut di berbagai negara di dunia. Sudah banyak para penelitian yang mengemukakan bahwa proses menua sangat dipengaruhi oleh interaksi antara faktor genetik & lingkungan.

Proses menua
Foto: Mbah uti (Alm) & Mbah kakungku. (Akhmaf Arif Afif/iPendidikan.com )

Sebagai contoh sebuah penelitian kohort besar, framingham Study, yang menglibatkan sekitar 5000 orang sejak tahun 1950-an, yang biasa disebut studi longitudinal Framingham, & Baltimore Longitudinal Study of Aging (BLSA) yang dimulai pada tahun 1958 serta melibatkan lebih dari 1000 subjek, mencoba mengikuti beberapa perubahan pada manusia dari waktu ke waktu seiring dengan penuaan.

Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2006, FKUI. menjelaskan bahwa Menua adalah proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis & meningkatkannya kerentanan terhadap beberapa penyakit & kematian.

Ketika membicarakan proses menua terdapat beberapa istilah yang digunakan oleh gerontologis*), yaitu:
  1. Aging: menunjukkan efek waktu.
  2. Senescence: hilangnya kemampuan sel untuk membelah & berkembang.
  3. Homeostenosis: penyempitan ataupun berkurangnya cadangan homeostasis yang terjadi selama penuaan pada setiap sistem organ.

*) Gerontologis adalah ilmu yang mempelajari tentang proses menua & semua aspek biologi, sosiologi, & sejarah, yang terkait dengan penuaan.

Aging merupakan proses terus berlangsung yang di mulai dengan perkembangan, kemudian di lanjutkan dengan snescence yaitu proses degeneratif yang inkompatibel dengan kehidupan. Istilah senescence dipakai untuk menggambarkan turunnya fungsi efisien suatu organisme.

Homeostenosis menunjukkan bahwa seiring dengan bertambahnya umur, maka makin kecil kapasitas seorang tua untuk membawa dirinya ke keadaan homeostasis setelah terjadinya suatu 'challenge'.

Homeostenosis yang merupaksn karakteristik fisiologi penuaan adalah kondisi berkurangnya cadangan homeostasis yang terjadi seiring meningkatnya umur pada setiap sistem organ.

Teori Radikal Bebas.

Teori radikal bebas diperkenalkan pertama kali pada tahun 1956 oleh Denham Harman. Ia menyatakan bahwa proses menua normal merupakan akibat dari kerusakan jaringan oleh radikal bebas**).

**) Radikal bebas adalah senyawa kimia yang berisi elektron tidak berpasangan. Radikal bebas tersebut terbentuk sebagai hasil sampingan dari berbagai proses selular ataupun metabolisme normal yang melibatkan oksigen.

Radikal bebas juga dapat bereaksi dengan DNA, menimbulkan mutasi kromosom & karenanya merusak mesin genetik normal dari sel.


Apakah Proses Menua Bisa Diperlambat?

Pertanyaan yang sering ditanyakan & menjadi tantangan bagi para peneliti dalam bidang gerontologi.

Adapun beberapa penelitian & konsep yang sudah dilakukan untuk mencoba menjawab pertanyaan diatas.

Restriksi Kalori.
McKay sudah lebih daei 70 tahun yang lalu menunjukkan bahwa restriksi kalori yang dilakukan seumur hidup pada tikus dapat secara bermakna memperpanjang usia sampai dengan 40% dari pada hewan tikus yang di beri akses bebas pada makanan & minuman.

Efek dari restriksi kalori ini dapat menyebabkan kadar gula & insulin menurun, serta sedikit peningkatan pada serum glukokartikoid bebas, menurunnya suhu tubuh basal sekitar 0,5 sampai 1 ○C, & juga meningkatkannya proteksi sel terhadap kerusakan yang disebabkan karena radikal bebas**).

Pengaruh Aksis GH (growth hormone/IGF-1 (insulin-like growth factor-1).

Sudah terdapat beberapa penelitian yang dilakukan pada tikus & cacing. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi panhipopituarisme dengan defisiensi jelas pada hormon prolaktin, tirotropin, & GH akan memperpanjang usia pada hewan tersebut dari kontrol.

IGF-1 yang rendah juga terbukti dalam sirkulasi mempengaruhi usia pada cacing.

Pemanjangan Telomer.

Setiap sel memiliki kemampuan untuk dapat membelah diri supaya mampu untuk mempertahankan fungsinya serta memperlambat kematian.

Walaupun hingga saat ini belum terbukti, tetapi keliatannya dengan memodifikasi  panjang telomer lewat enzim telomerase maka proses penuaan khususnya kematian sel dapat diperlambat.

Berikut beberapa perubahan yang terjadi pada sistem tubuh pada proses menua.


Sistem Endokrin.

  • Penurunan produksi vitamin D pada kulit.
  • Peningkatan kadar homosistein.
  • Penurunan testosteron.
  • Peningkatan hormon paratiroid.
  • Penurunan hormon T3.
  • Insulin serum meningkat.
  • Gula darah puasa meningkat 1 mg/dl/dekade, sedangkan gula darah postprandial meningkat 10 mg/dl/dekade.


Tekanan Darah.

  • Peningkatan tekanan darah sistolik, sedangkan tekanan darah diastolik tidak berubah.
  • Terganggu perfusi autoregulasi otak.

Kardiovaskuler.

  • Berkurangnya pengisian ventrikel kiri.
  • Hipertrofi atrium kiri.
  • Tidak terdapat perubahan frekuensi jantung ketika istirahat, penurunan frekuensi jantung maksimal.
  • Kontraksi & relaksasi ventrikel kiri bertambah lama.
  • Menurunnya curah jantung maksimal.
  • Peningkatan APN serum.
  • Peningkatan resistensi vaskular perifer.

Paru-paru.

  • Berkurangnya difusi CO.
  • Berkurangnya respons ventilasi karena hiperkapnia.
  • Kekakuan dinding dada.
  • Penurunan massa jaringan paru.
  • Meningkatnya volume residual.
  • Berkurangnya efektivitas batuk.
  • Berkurangnya efektivitas fungsi silia.
  • Peningkatan diameter trakea & saluran nafas utama.
  • Penurunan massa jaringan paru.
  • Berkurangnya kekuatan otot-otot pernafasan.

Otot.

  • Massa otot berkurang.
  • Paling kecil pada otot diafragma, lebih pada otot tungkai dibandingkan lengan.

Hematologi.

Berkurangnya sumsum tulang.

Saluran kemih & k3lam!n.

  • Berkurangnya sekresi prostat di urin.
  • Berkurangnya intensitas orgasme.
  • Pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna.
  • Berkurangnya konsentrasi faktor antiadheren protein Tamm-Horsfall.
  • Perpanjangan waktu refrakter untuk er3ksi pada pria.

Ginjal.

  • Menurunnya bersihan kreatinin & LFG 19 ml perdekade.
  • Menurunnya aktivasi vitamin D.
  • Berkurangnya produksi nitrit oksida.
  • Meningkatnya ketergantungan prostaglandin ginjal untuk mempertahankan perfusi.
  • Penurunan massa ginjal sebanyak 25%.
  • Menurunnya ekskresi & konservasi natrium.
  • Menurunnya ekskresi & konservasi kalium.
  • Menurunnya kapasitas konsentrasi & dilusi.

Sendi.

  • Modifikasi proteoglikan & glikosaminoglikan.
  • Terganggunya matriks kartilago.

Tulang.

  • Melambatnya penyembuhan fraktur.
  • Berkurangnya formasi osteoblas tulang.
  • Berkurangnya massa tulang baik pada tulang trabekular maupun kortikal.

Gastrointestinal.

  • Berkurangnya massa pankreas & cadangan enzimatik.
  • Terganggunya respons terhadap cedera pada mukosa lambung.
  • Berkurangnya ukuran & aliran darah hati.
  • Berkurangnya absorpsi kalsium.
  • Berkurangnya massa pankreas & cadangan enzimatik.
  • Terganggunya clearance obat oleh hati.

Penghidu.

Deteksi penghidu berkurang hingga 50%.

Penglihatan.

  • Pengeruhan pada lensa.
  • Terganggunya adaptasi gelap.
  • Presbiopia (ketidakmampuan untuk fokus pada benda2 jarak dekat.


Pendengaran.

Kesulitan untuk membedakan sumber bunyi.

Keseimbangan.

  • Berkurangnya jumlah sel rambut pada organ corti.
  • Meningkatnya respon ambang vestibuler.

Haus.

  • Terganggunya kontrol haus oleh endorfin.
  • Rasa haus berkurang.

Sistem saraf perifer.

  • Hilangnya neuron motor spinal.
  • Berkurangnya sensitivitas termal (hangat-dingin).

Sistem saraf pusat.

Berkurangnya sedikit massa otot.

Sistem Imun.

  • Berkurangnya imunitas yang dimediasi sel.
  • Meningkatnya autoantibodi.
  • Berkurangnya produksi sel B oleh sumsum tulang.

Jaringan adiposa.

  • Peningkatan kemungkinan lipolisis.
  • Meningkatnya aktivitas aromatase.

Fungsi kognitif.

  • Kemampuan mengingat masa lalu lebih baik dari pada kemampuan mengingat kejadian yang baru saja jadi.
  • Kemampuan meningkatkan fungsi intelektual berkurang.
  • Berkurangnya efisiensi transmisi saraf di otak, menyebabkan proses inflamasi melambat serta banyak informasi hilang selama transmisi.

Referensi.

  1. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid 3. Jakarta: FKUI.