Gangguan Elektrolit Pada Usia Lanjut (Lansia)

PERBIDKES.com - Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, FKUI. 2006 menjelaskan bahwa pada usia lanjut seringkali terjadi gangguan keseimbangan cairan & elektrolit terdiri dari dehidrasi, hipernatremia, & hiponatremia.

Dehidrasi.

Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total, dapat berupa hilangnya air lebih banyak dari pada natrium (dehidrasi hipertonik), ataupun hilangnya natrium & air dalam jumlah yang sama (dehidrasi isotonik), ataupun hilangnya natrium yang lebih banyak dari pada air (denidrasi hipotonik).

Dehidrasi hipertonik ditandai dengan tingginya kadar natrium serum lebih dari 145 mEq/L serta peningkatan osmolalitas efektif serum lebih dari 285 mosmol/L.

Dehidrasi isotonik ditandai dengan normalnya kadar natrium serum berkisar antara 135 - 145 mEq/L & osmolalitas efektif serum berkisar antara 270 - 285 mosmol/liter.

Dehidrasi hipotonik ditandai dengan rendahnya kadar natrium serum kurang dari 135 mEq/L & osmolalitas efektif serum kurang dari 270 mosmol/liter.

Gejala & tanda klinis dehidrasi pada usia lanjut tak jelas (samar-samar), adapun gejala yang spesifik yang bisa dievaluasi adalah penurunan berat badan akut lebih dari 3%. Sedangkan tanda klinis objektif lainnya yang dapat membantu mengidentifikasi kondisi dehidrasi adalah hipotensi ortostatik.

Berdasarkan studi Devisi Geniatri ini jika ditemukan pada aksila lembah, suhu tubuh meningkat dari suhu basal, deuresis berkurang, BJ urin lebih dari maupun sama dengan 1,019 (tanda disertai glukosuria & proteinuria), & rasio blood urea nitrogen/kreatinin lebih dari maupun sama dengan 16,9 tanpa adanya perdarahan aktif saluran cerna maka kemungkinan adanya dehidrasi pada usia lanjut adalah 81%.

Kriteria ini hanya dapat digunakan dengan syarat tidak memakai obat2an sitostatik, tidak adanya perdarahan pada saluran pencernaan, serta tidak terdapat keadaan overload (gagal jantung kongestif), sindrom nefrotik, penyakit ginjal kronik stadium terminal, & sirosis hepatis dengan hipertensi portal).

Pada pneumonia dapat disebabkan karena peningkatan kehilangan cairan dari keringat & takipnu. Kehilangan cairan berlebihan lewat urin dapat disebabkan oleh pemakaian diuretika, manitol, hiperglikemia, kontras radiografi, & hipergligemia.

Penyebab lain dari kehilangan cairan melalui urin adalah hiperaldosteronisme, penekanan vasopresin, & diabetes insipidus.

Penyebab kehilangan cairan pada usia lanjut adalah sebagai berikut:
  • Infeksi akut maupun kronik.
  • Kehilangan urin yang berlebihan.
  • Diuresis setelah obstruksi.
  • Kehilangan gastrointestinal.
  • Kehilangan darah yang berlebihan.
  • Lingkungan berhubungan dengan kehilangan cairan.
  • Pergeseran cairan ke interstisial.

Sedangkan penyebab menurunnya asupan cairan pada usia lanjut adalah sebagai berikut:
  • Restriksi cairan.
  • Terbatasnya akses terhadap cairan.
  • Perubahan sensoris (seperti berkurangnya tingkat kesadaran maupun tingkat kewaspadaan).
  • Gangguan gastrointestinal.
  • Perubahan mekanisme rasa haus.


Gangguan Elektrolit Pada Usia Lanjut (Lansia)
NaCl.

Penanganan dehidrasi.
Pada penatalaksanaan dehidrasi pada usia lanjut terdiri dari dua terapi yaitu terapi rehidrasi oral & terapi rehidrasi parenteral.

Pada dehidrasi ringan dengan terapi rehidrasi oral dapat diberikan cairan sebanyak 1500 - 2500 ml/24 jam (30 ml/kg BB/24 jam) untuk kebutuhan dasar. Jangan lupa, untuk memperhatikan tanda2 kelebihan cairan contohnya sesak nafas, ortopnea, perubahan pola tidur, maupun confusion. Cairan yang diberikan lewat oral ini harus sesuai dengan jenis dehidrasinya.

Dehidrasi hipertonik = air maupun minuman yang mengandung sodium yang rendah, jus buah seperti jeruk, apel, & anggur.

Dehidrasi isotonik = air & suplemen yang mengandung sodium (jus tomat).
Dehidrasi hipotonik = cairan yang direkomendasikan seperti diatas tetapi dibutuhkan kadar sodium yang lebih tinggi.

Pada dehidrasi sedang hingga berat serta pasien tidak dapat minum lewat mulut selain pemberian cairan enteral, juga dapat diberikan rehidrasi parenteral. Bila cairan tubuh pasien yang hilang terutama adalah air, maka jumlah cairan rehidrasi yang dibutuhkan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

BBT (berat badan total) yang diinginkan = Kadar Na serum × BBT saat ini
                                                                                    140
  • BBT saat ini (laki-laki) = 50% × berat badan (kg).
  • BBT saat ini (wanita) = 45% × berat badan (kg).

Pada dehidrasi hipertronik digunakan cairan NaCl 0,45%.

Pada dehidrasi isotonik dapat diberikan cairan NaCl 0,9% ataupun Dekstrosa 5% dengan kecepatan 25 - 30% dari defisit cairan total perhari.

Pada dehidrasi hipotonik penanganannya dengan mengatasi penyebab yang mendasari, penambahan diet natrium & jika perlu diberikan cairan hipertonik.

Hipernatremia.

Pada pasien usia tua hipertremia paling sering disebabkan oleh kombinasi dari asupab cairan yang tidak adekuat serta bertambahnya kehilangan cairan.

Pada usia lanjut seringkali deteksi hipermatremia terlambat dilakukan sehingga usia lanjut yang lemah dapat dengan mudah jatuh pada kondisi hipermatremia yang bermakna.

Pasien dengan demensia (pikun) sangat mudah mengalami hipernatremia karena menurunnya rasa haus, rendahnya kadar vasopresin, & gangguan kemampuan untuk meminta air.

Gejala klinik pada pasien usia lanjut seringkali tidak khas & samar - samar. Gejala2 sistem saraf pusat utama adalah kejang otot, iritabilitas, restlessness, spastisitas, & hiperrefleksi, yang termasuk gejala sekunder dari berkurangnya cairan di dalam sel-sel otak. Di otak, hal ini dapat menyebabkan traction on vessels sehingga muncul perdarahan.

Penatalaksanaan hipernatremia adalah mengganti kehilangan cairan maupun hentikan pemberian natrium yang berlebihan.

Defisi cairan = (Natrium plasma - 140) × air tubut total
140

Hiponatremia.

Pada usia lanjut yang sehat terdapat penurunan sekitar 1 mEq/L per dekade dari nilai rata-rata 140 Ø4 mEq/L pada usia dewasa muda.

Seringkali hiponatremia merupakan pertanda dari penyakit berat yang mendasari dengan prognosis buruk & mortalitas tinggi.

Gejala klinis hiponatremia tergantung pada rendahnya kadar natrium serta cepatnya penurunan kadar natrium serum tersebut. Kadar natrium serum <125 mEq/L dapat menyebabkan letargi, anoreksia, mual, & kram otot. Selain itu jika kadar natrium serum <110 mEq/L memiliki resiko kematian.


Seringkali keadaan hiponatremia hipervolemik terlihat pada kondisi pertambahan berat badan & edema. Penyebab paling sering keadaan ini pada pasien usia lanjut adalah penyakit jantung kongestif. Sedangkan penyebab lainnya adalah sirosis hati & sindrom nefrotik.


Pada umumnya terapi hiponatremia adalah dengan cara menghitung jumlah natrium yang dibutuhkan untuk mengoreksi defisit sehingga mencapai kadar 120 mmol,
  • Defisit Natrium (laki-laki) = [0,6 × berat badan kering (kg)] × [120 - kadar natrium plasma],
  • Defisit Natrium (wanita) = [0,5 × berat badan kering (kg)] × [120 - kadar natrium plasma],

Tetapi perlu diingat, bahwa perhitungan diatas tidak dapat digunakan pada kehilangan cairan yang isoosmotik.

Kadar Natrium yang aman adalah 120 mEq/L yang diikuti dengan peningkatan secara bertahap mencapai kadar normal.

Referensi:

  1. Dehidrasi & gangguan elektrolit. R.A. Tuty Kuswardhani, Nina Kemala Sari (ed). Buku Ajar Ilmu Penyakit Bedah. Jil 3. Ed 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. p1346 - 309.