Penyakit Jantung Hipertensi - Keluhan, Gejala, Pemeriksaan Fisik, Pemeriksaan Penunjang, Penatalaksanaan
PERBIDKES.com - Penderita tekanan darah tinggi (hipertensi) seringkali meninggal dini disebabkan karena komplikasi jantung (yang disebut sebagai penyakit jantung hipertensi menurut Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, FKUI. 2006). Selain itu, juga dapat menyebabkan strok, gagal ginjal, & gangguan retina mata.
Evaluasi pasien dengan penyakit jantung hipertensi ditujukan untuk sebagai berikut:
- Meneliti kemungkinan terjadinya hipertensi sekunder.
- Menetapkan kondisi pra pengobatan.
- Menetapkan faktor2 yang mempengaruhi pengobatan.
- Menetapkan kerusakan organ target.
- Menetapkan faktor resiko penyakit jantung koroner (PJK) lainnya.
Pada umumnya pada tahap awal seperti hipertensi kebanyakan pasien tidak ada keluhan. Tetapi apabila simtomatik, maka biasanya disebabkan oleh sebagai berikut:
Peningkatan tekanan darah itu sendiri, contohnya imp0ten, rasa melayang, & berdebar-debar.
Penyakit jantung ataupun hipertensi vaskular, contohnya sesak nafak, cepat lelah, bengkak pada kedua kaki maupun perut, & sakit dada (diseksi aorta/iskemia miokard).
Penyakit dasar seperti pada hipertensi sekunder, contohnya peningkatan berat badan dengan emosi yang labil pada sindrom cushing, palpitasi, poliuria, polidipsia, banyak keringat, & perasaan melayang ketika berdiri.
Pada pemeriksaan fisik diawali dengan menilai KU (keadaan umum) pasien & jangan lupa perhatikan keadaan khusus pasien seperti feokromasitoma, cushing, & perkembangan tidak proposionalnya tubuh atas daripada bawah yang seringkali ditemukan pada koarktasio aorta.
Dalam mengukur tanda-tanda vital (TTV) khususnya tekanan darah, lakukan pengukuran tekanan darah di tangan kiri & kanan ketika tidur & berdiri.
Dilakukan pemeriksaan jantung untuk dapat mencari pembesaran jantung ditujukan untuk menilai hipertrofi ventrikel kiri (HVK) & tanda2 gagal jantung.
Hipertrofi ventrikel kiri (HVK) merupakan kompensasi jantung menghadapi tekanan darah tinggi ditambah dengan faktor neurohumoral yang ditandai oleh penebalan konsentrik otot jantung (hipertrofi konsentrik).
Auskultasi bising sekitar kiri kanan umbilikus.
Selain itu auskultasi paru perlu diperhatikan apakah terdapat suara tambahan misalnya ronki basah ataupun ronki kering (mengi).
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan sebagai berikut:
Pemeriksaan laboratorium awal diantaranya adalah:
- Ureum/kreatinin.
- Gula darah puasa (GDS).
- Kolesterol total.
- Hemoglobin/hematokrit.
- Urinalisis seperti leukosit, eritrosit, silinder & protein.
- Elektrokardiografi.
Jika keuangan tidak jadi masalah, maka dapat juga dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:
- Leukosit darah.
- TSH.
- Kalsium & fosfor.
- Foto toraks.
- Trigliserida, Kolesterol HDL & LDL.
- Ekokardiografi.
Ekokardiografi dilakukan karena dapat membantu menemukan HVK sejak dini serta lebih spesifik.
Indikasi dilakukan ekokardiografi pada pasien hipertensi yaitu sebagai berikut:
- Hipertensi yang disertai dengan sesak nafas yang belum jelas.
- Hipertensi pada anak maupun remaja.
- Hipertensi dengan kelainan katup.
- Konfirmasi gangguan jantung ataupun murmur.
- Hipertensi ketika aktivitas, tetapi kembali normal ketika istirahat.
Sedangkan Ekokardiografi-Doppler dapat digunakan untuk menilai fungsi diastolik.
Secara umum penatalaksanaan hipertensi mengacu kepada tuntunan umum (JNC VII 2003, ESH/ESC 2003), penanganan lipid agresif & pemberian aspirzin sangat bermanfaat.
Pasien hipertensi setelah infark miokard sangat memperoleh manfaat pengobatan dengan terapi penyekat beta, antialdosteron, & penghambat ACE.
Pasien hipertensi dengan gangguan fungsi ventrikel memperoleh manfaat dengan terapi pemhambat ACE/ARB, diuretik, antagonis aldosteron, & penyekat beta.
Pasien hipertensi dengan resiko terkena penyakit jantung koroner yang tinggi memperoleh manfaat dengan pengobatan diuretik, penghambat kalsium & penyekat beta.
Jika sudah dalam tahap gagal jantung hipertensi, maka prinsip pengobatannya sama dengan pengobatan gagal jantung yang lain yaitu penghambat ACE/ARB, diuretik, penghambat aldosteron, & penghambat beta.
Referensi:
- Marulam M. Penggabean. 2006. Penyakit Jantung Hipertensi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid III. Jakarta: FKUI. p1639-371.