Demensia Pada Usia Lanjut (Lansia)

Demensia Pada Usia Lanjut (Lansia)
PERBIDKES.com - Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, FKUI tahun 2006 menjelaskan bahwa demensia merupakan masalah besar & serius yang dihadapi oleh negara-negara maju, & mulai muncul di negara-negara berkembang seperti di negara kami, Indonesia. Demensia adalah gangguan fungsi intelektual & memori di dapat yang disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat kesadaran.
 
 
Pada umumnya demensia pasa usia lanjut seringkali tidak di sadari karena awitannya yang tak jelas serta perjalanan penyakitnya yang progesif namun perlahan. Setelah berusia 65 tahun, prevalensi demensia mengalami peningkatan dua kali lipat setiap pertambahan usia 5 tahun.

Di Amerika Serikat terdapat sebuah penelitian pada populasi usua lanjut yang mendapatkan lebih dari 45% yang berusia 85 tahun ataupun lebih menderita penyakit Alzheimer. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa laju insidensi penyakit Alzheimer mengalami peningkatan secara eksponensial seiring bertambahnya usia.

Diagnosa dimensia dapat ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis yang sesuai dengan Diagnosis & Statistical Manual of Mental Disorders, edisi ke empat (DSM-IV) sebagai berikut:
 

A. Munculnya defisit kognitif multipel yang bermanifestasi pada kedua kondisi berikut:

  1. Gangguan memori (ketidakmampuan untuk dapat mempelajari informasi baru maupun untuk mengingat informasi yang baru saja dipelajari).
  2. Satu maupun lebih gangguan kognitif berikut ini:
  • Gangguan berbahasa (afasia).
  • Ketidakmampuan untuk dapat melakukan aktivitas motorik walaupun fungsi motorik masih normal (apraksia).
  • Kegagalan untuk dapat mengenali ataupun mengidentifikasi benda walaupun fungsi sensorik masih normal (agnosia).
  • Gangguan fungsi eksekutif, seperti berfikir abstrak, berfikir runut, merencanakan, mengorganisasi.

B. Defisit kognitif yang terdapat pada kriteria A1 & A2 diatas menyebabkan gangguan bermakna pada fungsi sosial & okupasi serta menampakkan penurunan yang bermakna dari fungsi sebelumnya. Defisit yang terjadi bukan terjadi khusus ketika munculnya delirium.

Dalam penanganan pada seorang pasien dimensia tujuan utamanya adalah mengobati penyebab demensia yang dapat dikoreksi serta menyediakan situasi yang nyaman & mendukung bagi pasien & pramuwedhanya. Dengan menghentikan obat2an yang sifatnya sedatif serta memengaruhi fungsi kognitif banyak memberikan manfaat.

Bila pasien cenderung depresi dibandingkan demensia, maka depresi harus diatasi secara adekuat. Gejala depresi seringkali muncul pada pasien dengan degeneratif, & sebagian dari mereka respons terhadap terapi antidepresi.

Referensi:

  1. Demensia. Wasilah rachmah, Kuntjoro harimurti. BAIPD. E IV. J III. Jakarta: FKUI.