Infark Miokard Akut Dengan Elevasi ST (STEMI)

Infark Miokard Akut Dengan Elevasi ST (STEMI)PERBIDKES.com - Pada umumnya infark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI) terjadi apabila aliran darah koroner menurun secara mendadak sesudah oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang telah ada sebelumnya.

Infark dapat terjadi apabila plak aterosklerosis mengalami fisur, ruptur, ataupun ulserasi & bila keadaan lokal ataupun sistemik memicu trombogenesis, sehingga terjadilah trombus mural pada lokasi ruptur yang menyebabkan oklusi arteri koroner.

 
Pada lokasi ruptur plak, beberapa agonis (kolagen, ADP, serotonin, & epinefrin) memicu aktivasi trombosit, yang kemudian akan memproduksi & melepaskan tromboksan A2 (vasokonstriktor lokal yang poten).
 
Dalam menegakkan diagnosa IMA dengan elevasi ST berdasarkan dari anamnesis nyeri dada yang khas & gambaran EKG adanya elevasi ST lebih sama dengan 2 mm, minimal pada 2 sandapan prekordial yang berdampingan atau lebih sama dengan 1 mm pada 2 sandapan ekstremitas.
 
Prinsip utama dalam penanganan IMA adalah time is muscle.

Pasien yang datang dengan keluhan nyeri dada harus di pastikan secara cermat apakah nyeri dadanya berasal dari jantung ataukah dari luar jantung.
 
Apabila pasien ditemui dengan nyeri dada akut perlu dipastikan secara cepat & tepat apakah pasien menderita IMA ataukah tidak.
 
Adapun sifat nyeri dada pada angina sebagai berikut:

Lokasi: Substernal, retroternal, & prekordial.

Sifat nyeri: rasa sakit, seperti ditekan, rasah terbakar, ditindih benda berat, rasa diperas, dipelintir, & seperti di tusuk-tusuk.

Penjalaran: biasanya ke lengan kiri, dapat juga ke leher, rahang bawah, gigi, punggung (interskapula), perut, serta dapat juga ke lengan kanan.

Nyeri membaik/hilang dengan istirahat/dengan obat nitrat.

Faktor pencetus: latihan fidik, stres emosi, udara yang dingin, & setelsh makan.

Gejala yang menyertai seperti mual, muntah, sulit bernafas, keringat dingin, lemas, & cemas.
 
Infark miokard akut tanpa elevasi ST tanpa disertai nyeri seringkali ditemukan pada pasien dengan diabetes melitus & usia lanjut.
 
Sebagian besar pasien STEMI merasa cepat & tidak dapat istirahat (gelisah).

Kombinasi nyeri dada substernal >30 menit & banyak keringat dicurigai kuat adanya STEMI.
 
Pada pasien infark anterior sekitar seperempatnya memiliki manifestasi hiperaktivitas saraf simpatis (takikardia &/ hipotensi), serta hampir setengahnya pasien dengan infark inferior menunjukkan hiperaktivitas parasimpatis (bradikardia &/ hipotensi).
 
Sedangkan tanda fisis lain pada disfungsi ventrikular adalah S4 & S3 gallop.
 
Istilah infark miokard transmural sebelum digunakan bila EKG menunjukkan gelombang Q/hilangnya gelombang R & infark miokard bob transmural bila EKG hanya menunjukkan perubahan sementara segmen ST & gelombang T, tapi ternyata tidak selalu ada korelasi gambaran patologis EKG dengan lokasi infark.

Adanya peningkatan pada nilai enzim diatas 2 kali nilai batas normal menunjukkan adanya nekrosis jantung (infark jantung).

Tujuan utama dalam penatalaksanaan IMA adalah diagnosis cepat, menghilangkan nyeri dada, penilaian & implementasi strategi reperfusi yang mungkin dilakukan, pemberian antitrombolik & terapi antiplatelet.

Tatalaksana umum pada pasien STEMI sebagai berikut:

Oksigen, harus diberikan pada pasien dengan saturasi oksigen arteri <90%. Sedangkan pada semua pasien STEMI tanpa disertai komplikasi dapat diberikan oksigen selama 6 jam pertama.

Nitrogliserin (NTG) sublingual dapat diberikan dengan aman dengan dosis 0,4 mg seperti yang dijelaskan dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, FKUI. 2006. NTG selain untuk mengurangi rasa nyeri juga dapat digunakan untuk menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan menurunkan preload serta meningkatkan suplai oksigen miokard dengan cara dilatasi pembuluh koroner yang terkena infark/pembuluh kolateral.

Perlu diingat, terapi nitrat harus dihindari pada pasien dengan tekanan darah sistolik < 90 mmHg/pasien yang dicurigai menderita infark ventrikel kanan (infark inferior pada EKG, JVP meningkat, paru bersih & hipotensi).


Untuk mengurangi ataupun menghilangkan nyeri dada dapat menggunakan m0rfin, aspirin, penyekat beta & terapi reperfusi.
 
Resiko tinggi STEMI adalah syok kardiogenik & klas killip lebih atau sama dengan tiga.
 

Terapi farmakologis STEMI diantaranya sebagai berikut:

  • Antitrombolik.
  • Penyekat beta.
  • Inhibitor ACE (harus diberikan dalam 24 jam pertama pasien STEMI).
 

Komplikasi STEMI diantaranya sebagai berikut:

Disfungsi ventrikular.
Pada ventrikel kiri mengalami perubahan serial dalam bentuk, ukuran serta ketebalan pada segmen yang mengalami infark & non infark.
 
Gangguan hemodinamik.
Perluasan nekrosis iskemia memiliki korelasi yang baik dengan tingkat gagal pompa & mortilitas, baik pada awal (10 hari infark), & sesudahnya. Pada kondisi ini tanda klinis yang dapat ditemui adalah ronki basah di paru & bunyi jantunf S3 & S4 gallop, sedangkan pada pemeriksaan rontgen seringkali ditemukan kongesti paru.
 
Syok kardiogenik.
Pada saat masuk hanya 10% pasien yang mengalami kondisi ini, 90% terjadi selama perawatan.

Infark ventrikel kanan.
 
Aritmia setelah STEMI.
 
Trakikardia & fibrilasi ventrikel.
 
Ekstrasistol ventrikel.
 
Aritmia supraventrikular.
 
Fibrilasi ventrikel.
 
Fibrilasi atrium.

Sedangkan komplikasi mekanik diantaranya ruptur septum ventrikel, ruptur muskularis papilaris, & ruptur dinding ventrikel.
 

Referensi:

  1. Infark miokard akut dengan elevasi ST. Idrus alwi (ed). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. p1615-367.