Konstipasi

PERBIDKES.com - Konstipasi adalah sebuah keluhan klinis yang umum dengan berbagai tanda & keluhan lain yang berhubungan & bukan merupakan penyakit. Secara umum konstipasi sulit untuk diartikan secara tegas karena merupakan suatu keluhan terdapat variasi yang berlainan antar individu. Pemakaian istilah konstipasi secara keliru & belum adanya pengertian yang universal sehingga menyebabkan kaburnya hal ini. Konstipasi biasanya berdasarkan laporan pssien itu sendiri (konstipasi anamnestik) digunakan sebagai data pada penelitian-penelitian.

konstipasi


Batasan dari konstipasi klinis adalah bila ditemukannya sejumlah besar feses yang memenuhi ampula rektum pada colok dubur, & / tanpa adanya timbunan feses pada kolon, rektum, / keduanya tampak pada foto polos perut.

Perlu dicatat, bahwa banyak orang yang mengira dirinya konstipasi jika tidak buang air besar (BAB) setiap hari sehingga sering terdapat perbedaan pandang antara dokter dan pasien tentang definisi konstipasi itu sendiri. Padahal frekuensi BAB setiap orang itu bervariasi mulai dari 3 kali per hari hingga 3 hari per minggu. Pada umumnya, bila 3 hari belum BAB, massa feses akan mengeras & ada kesulitan hingga rasa sakit saat BAB. Konstipasi sering di artikan sebagai kurangnya frekuensi BAB, biasanya kurang dari 3 kali perminggu dengan feses yang kecil-kecil & keras, serta kadangkala disertai kesulitan sampai rasa sakit saat BAB.

Orang yang sudah tua (lanjut usia) sering kali terpancang dengan kebiasaan BABnya. Hal ini disebabkan karena mungkin lanjutan dari pola hidup semasa kanak-kanak & saat masih muda, dimana setiap usaha dikerahkan untuk BAB teratur setiap hari, bila perlu dengan memakai pencahar untuk mendapatkan perasaan sudah bersih. Karena ada anggapan umum yang salah bahwa kotoran yang tertimbun dalam usus besar akan diserap lagi, berbahaya untuk kesehatan, & juga dapat memperpendek usia. Ada pula yang mengkhawatirkan keracunan dari fesesnya sendiri bila dalam jangka waktu tertentu tidak dikeluarkan.

Holson menyusulkan suatu batasan dari konstipasi, yaitu meliputi 2 dari keluhan di bawah ini & terjadi dalam waktu 3 bulan:
  • Konsistensi feses yang keras.
  • Mengejan dengan keras ketika BAB.
  • Rasa tidak tuntas saat BAB (meliputi 25% dari keseluruhan BAB).
  • Frekuensi BAB 2 kali seminggu / bahkan kurang.

Sedangkan Internasional Workshop on Constipation berusaha lebih jelas lagi dengan memberikan batasan konstipasi. Berikut rekomendasinya:
Konstipasi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
  1. Konstipasi fungsional.
  2. Konstipasi karena penundaan keluarnya feses pada muara rekto-sigmoid.

Konstipasi fungsional disebabkan karena waktu perjalanan yang lambat dari feses, sedangkan penundaan pada muara rektosigmoid menunjukkan adanya disfungsi anorektal. & yang terakhir ini ditandai dengan adanya perasaan sumbatan pada annus.

Defekasi seperti halnya berkemih adalah suatu proses fisiologis yang menyertakan kerja otot otot polos & serat lintang, persyarafan sentral & perifer, koordinasi fari sistem refleks, kesadaran yang baik & kemampuan fisik untuk mencapai tempat BAB. Kesulitan diagnosis & pengelolaan dari konstipasi adalah karena banyaknya mekanisme yang terlibat pada proses BAB normal. Gangguan dari salah satu ini yang dapat mengakibatkan konstipasi.


Anamnesis yang terperinci adalah hal terpenting untuk mengungkapkan adakah konstipasi & faktor resiko penyebabnya.

Pasien akan mengeluh konstipasi tidak selalu sesuai dengan patokan patokan yang okjektif. Seperti bila dalam 24 jam belum BAB atau terdapat kesulitan harus mengejan & perasaan tidak tuntas untuk BAB sudah mengira dirinya mengalami konstipasi.

Berikut beberapa keluahan yang mungkin berkaitan dengan konstipasi adalah sebagai berikut:
  • Kesulitan memulai & menyelesaikan BAB.
  • Mengejan keras saat BAB.
  • Massa feses yang keras & sulit keluar.
  • Perasaan tidak tuntas saat BAB.
  • Sakit pada daerah rektum saat BAB.
  • Rasa sakit pada perut saat BAB.
  • Adanya perembesan feses pada pakaian dalam.
  • Menggunakan bantuan jari-jari untuk mengeluarkan feses.
  • Menggunakan obat-obatan pencahar untuk dapat BAB.

Pada pemeriksaan fisik pada konstipasi sebagian besar tidak di dapatkan kelainan yang jelas. Meski demikian pemeriksaan fisik yang teliti & menyeluruh diperlukan untuk menemukan kelainan-kelaian yang berpotensi mempengaruhi khususnya fungsi usus besar. Dimulai dengan pemeriksaan rongga mulut meliputi gigi-geligi, adanya lesi selaput lendir mulut, & tumor yang dapat mengganggu rasa pengecap serta proses menelan.

Sedangkan pada pemeriksaan daerah perut diawali dengan inspeksi adakah pembesaran perut, peregangan, maupun tonjolan. Kemudian palpasi pada permukaan perut untuk menilai kekuatan otot otot perut. Palpasi yang lebih dalam dapat meraba massa feses di kolon, adanya tumor maupun aneurisma aorta. Kemudian pada pemeriksaan perkusi dicari antara lain pemgumpulan gas berlebih, pembesaran organ, asites, / adanya massa feses. Selanjutnya auskultasi digunakan diantaranya antara lain untuk mendengarkan suara gerakan usus besar, normal, ataukah berlebih, contohnya pada sumbatan usus. Dan yang memberikan petunjuk penting adalah pemeriksaan daerah annus, misalnya wasir, fisura, prolaps, fistula, & massa tumor pada daerah annus yang dapat mengganggu proses BAB.

Pemeriksaan colok dubur harus dikerjakan diantaranya untuk mengetahui ukuran & kondisi rektum serta besar & konsistensi feses. Colok dubur dapat memberikan beberapa informasi penting seperti:
  • Tonus rektum.
  • Tonus & kekuatan sfingter.
  • Kekuatan otot pubo-rektalis & otot-otot dasar pinggul.
  • Adakah darah.
  • Adakah perlukaan annus.
  • Adakah timbunan massa feses.
  • Adakah massa lain (contohnya wasir).

Pemeriksaan penunjang laboratorium dikaitkan dengan usaha untuk mendeteksi faktor-faktor resiko penyebab konstipasi, seperti pemeriksaan kadar gula darah, elektrolit, & kadar hormon tiroid, anemia yang berhubungan dengan keluarnya darah dari rektum, dll. Sedangkan prosedur lain seperti anuskopi dianjurkan dikerjaan secara rutin pada semua penderita dengan konstipasi untuk dapat menemukan adakah fisura, wasir, ulkus, & keganasan.

Foto polos perut harus dikerjakan pada penderita konstipasi terutama yang terjadinya akut.

Komplikasi Konstipasi.

  • Impaksi feses.
  • Terpaparnya feses pada daya penyerapan dari kolon & rektum yang berkepanjangan.
  • Feses dapat menjadi sekeras batu di rektum, sigmoid, & kolon bagian proksimal.
  • Volvulus daerah sigmoid.


Pengobatan Konstipasi.

Dalam pengobatan konstipasi sebenarnya banyak obat yang dipasarkan. Bila perlu pengobatan di tujukan pada penyebab dari konstipasi. Perlu diingat, bahwa penggunaan obat pencahar jangka panjang terutama yang bersifat merangsang peristaltik usus harus dibatasi.

Pengobatan konstipasi non farmakologis, yaitu:
  • Latihan usus besar.
  • Diet
  • Olahraga.

Referensi.

  1. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jilid 3. Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2007.

Posting Komentar untuk "Konstipasi"